KENAPA MEREKA TIDAK BERSEMANGAT ?
Seperti biasa, siang ini adalah jadwal saya untuk
masuk dikelas. Dan kali ini pembelajaran diselenggarakan di studio gambar,
sebab ada tugas-tugas yang harus dijelaskan, dan dikerjakan mereka. Namun ada
yang terasa berbeda kali ini. Mereka, para siswa seakan tidak punya semangat
dan gairah menerima kehadiran saya. Wajah mereka terlihat lesu, dan seolah
berharap saya tidak usah masuk dulu. Aneh, padahal biasanya mereka itu selalu penuh semangat dan sangat
siap untuk mengikuti pembelajaran.
“Ada apa dengan kalian, kok kelihatannya sangat lesu
dan tidak bersemangat”. Saya coba perhatikan mereka satu-persatu. Ada upaya
dari sebagian mereka untuk membersitkan senyum. Tapi itu belum cukup untuk
menghapus kelesuan mereka. “Ini harus saya cari tahu. Kurang tepat rasanya
pembelajaran saya mulai dalam keadaan seperti ini”. Saya membatin . “Apakah
pembelajaran yang barusan di lalui terlalu menguras tenaga dan fikiran kalian?.
Atau kalian semua tidak ada yang sarapan ?. Atau ada permasaalahan begitu berat
yang membebani fikiran kalian?. Ayo coba jelaskan, berbagilah dengan saya. Saya
siap jadi pendengar kalian. Dan mudah-mudahan saya juga bisa ikut membantu
memikirkan apa solusinya”. Saya coba menggali apa yang sebenarnya terjadi.
Saya mengitari seluruh ruangan dengan pandangan. Kalau
saja ada diantara mereka yang ingin menyampaikan sesuatu. Tetapi sejauh ini
mereka tetap saja diam, belum ada yang mengangkat tangan dan bersuara. “Itu
yang duduk ditengah kelihatannya ingin menyampaikan sesuatu. Tetapi sepertinya masih
diliputi keraguan”. Saya membatin. Saya berjalan kearahnya, lalu memegang
pundaknya. “kalau mau menyampaikan sesuatu, berbicaralah. Tidak perlu ragu,
saya siap mendengarkannya. Mudah-mudahaan itu akan mengurangi beban yang ada
pada kamu. Dan dengan ini saya juga jadi tahu permasaalahannya, sehingga bisa
ikut membantu mencarikan solusinya”. Sambil tetap memegang dan memijit bahunya
dengan pelan. Mudah- mudahan ini semakin menambah kekuatan dan keyakinan
baginya untuk bersuara.
Dia mengangkat kepalanya. Mengitari ruangan, menatap
teman-temannya. Teman-temannya balas menatap, seakan memberi dorongan padanya
untuk berbicara. Lalu dialihkan pandangannya pada saya. “Kami tidak malas pak. Juga
tidaka lelah karena mngikuti pembelajaran tadi. Dan kami juga tidak lapar
karena tidak sarapan pak. Tetapi kami sedang ada permasaalahan dengan pihak
sekolah, khususnya dengan ……”. Dia terus berbicara panjang lebar mengungkapkan
unek-uneknya, kekesalannya, dan ketidak setujuannya dengan apa yang mereka
alami. Saya terus mendngarkannya, tanpa sekalipun menyela. Biar mereka merasa
sedikit lebih lega setelah ini.
Akhirnya dia selesai juga, Lalu terdiam. Dan seluruh
kelas juga ikut diam. Saya lalu pindah kedepan. Semua mata tertuju kedepan, seakan
menunggu apa yang bakal keluar dari mulut saya. Saya merasa tidak perlu
mengomentari, dan tidak perlu masuk pada permasaalahan mereka. Waktu dan
suasananya kurang tepat. Yang terpenting sekarang saya harus beri saran langkah
apa yang sebaiknya mereka lakukan. Sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam
menghadapi permasaalahan ini. “Sebaiknya ini dibicarakan dengan wali kelas
kalian. Kalau pembicaraan dengan walikelas dirasa belum memadai, tidak ada
salahnya kalian izin sama walikelas untuk membicarakannya juga dengan guru BP. Dan
untuk bertemu mereka itu tidak perlu seluruhnya. Cukup ketua kelas didampingi
dua orang lainnya sebagai perwakilan kalian”. Mereka saling pandang, setelah
mendengar saran saya. dan kelihatannya mereka setuju.
“Mari tentukan siapa yang akan mendampingi ketua kelas. Sebaiknya harus
dipilih secara bersama”. Saya coba perhatikan seluruh kelas. Siswa yang duduk
dipojok itu terlihat agak setengah hati mengikuti pembicaraan ini. “Ayo, kamu
yang duduk dipojok itu maju, dan pimpin acara pemilihan orang yang akan
mendampingi ketua kelas sebagai perwakilan kalian”. Anak ini kelihatan kaget,
dan semua mata tertuju kepadanya. “Saya tidak bisa, minta yang lain saja pak”. Saya
harus yakinkan anak ini bahwa dia bisa. “Sekarang maju, dan coba dulu. Kalau
tidak mau mencoba, tentu kamu selamanya tidak akan bisa. Dengan mencoba berarti
sudah ada usaha kamu untuk jadi bisa. Ayo yakinkan diri kamu, dan maju, kamu
pasti bisa”.
Dengan sedikit memaksakan diri anak yang ditunjuk tadi
memimpin pemilihan perwakilan kelas. Memang agak sedikit gaduh, karena yang
memimpin kurang bisa menguasai keadaan. Semuanya ingin bersuara. Tapi ini
bagus, berarti mereka sudah mulai merasa terlepas dari permasaalahan tadi. Dan dengan
diselingi tawa disana-sini akhirnya pemilihan ini selesai juga.
“Kalian yang terpilih, laksanakan tugas sebagai
perwakilan kelas. Yang lain tetap dikelas”. Suasana kelas terlihat sudah mulai
ceria. “Apakah sekarang sudah bisa kita
mulai pembelajarannya ?”