adsense

30 Mei 2015

KENAPA MEREKA TIDAK BERSEMANGAT ?

Seperti biasa, siang ini adalah jadwal saya untuk masuk dikelas. Dan kali ini pembelajaran diselenggarakan di studio gambar, sebab ada tugas-tugas yang harus dijelaskan, dan dikerjakan mereka. Namun ada yang terasa berbeda kali ini. Mereka, para siswa seakan tidak punya semangat dan gairah menerima kehadiran saya. Wajah mereka terlihat lesu, dan seolah berharap saya tidak usah masuk dulu. Aneh, padahal biasanya  mereka itu selalu penuh semangat dan sangat siap untuk mengikuti pembelajaran.

“Ada apa dengan kalian, kok kelihatannya sangat lesu dan tidak bersemangat”. Saya coba perhatikan mereka satu-persatu. Ada upaya dari sebagian mereka untuk membersitkan senyum. Tapi itu belum cukup untuk menghapus kelesuan mereka. “Ini harus saya cari tahu. Kurang tepat rasanya pembelajaran saya mulai dalam keadaan seperti ini”. Saya membatin . “Apakah pembelajaran yang barusan di lalui terlalu menguras tenaga dan fikiran kalian?. Atau kalian semua tidak ada yang sarapan ?. Atau ada permasaalahan begitu berat yang membebani fikiran kalian?. Ayo coba jelaskan, berbagilah dengan saya. Saya siap jadi pendengar kalian. Dan mudah-mudahan saya juga bisa ikut membantu memikirkan apa solusinya”. Saya coba menggali apa yang sebenarnya terjadi.

Saya mengitari seluruh ruangan dengan pandangan. Kalau saja ada diantara mereka yang ingin menyampaikan sesuatu. Tetapi sejauh ini mereka tetap saja diam, belum ada yang mengangkat tangan dan bersuara. “Itu yang duduk ditengah kelihatannya ingin menyampaikan sesuatu. Tetapi sepertinya masih diliputi keraguan”. Saya membatin. Saya berjalan kearahnya, lalu memegang pundaknya. “kalau mau menyampaikan sesuatu, berbicaralah. Tidak perlu ragu, saya siap mendengarkannya. Mudah-mudahaan itu akan mengurangi beban yang ada pada kamu. Dan dengan ini saya juga jadi tahu permasaalahannya, sehingga bisa ikut membantu mencarikan solusinya”. Sambil tetap memegang dan memijit bahunya dengan pelan. Mudah- mudahan ini semakin menambah kekuatan dan keyakinan baginya untuk bersuara.

Dia mengangkat kepalanya. Mengitari ruangan, menatap teman-temannya. Teman-temannya balas menatap, seakan memberi dorongan padanya untuk berbicara. Lalu dialihkan pandangannya pada saya. “Kami tidak malas pak. Juga tidaka lelah karena mngikuti pembelajaran tadi. Dan kami juga tidak lapar karena tidak sarapan pak. Tetapi kami sedang ada permasaalahan dengan pihak sekolah, khususnya dengan ……”. Dia terus berbicara panjang lebar mengungkapkan unek-uneknya, kekesalannya, dan ketidak setujuannya dengan apa yang mereka alami. Saya terus mendngarkannya, tanpa sekalipun menyela. Biar mereka merasa sedikit lebih lega setelah ini.

Akhirnya dia selesai juga, Lalu terdiam. Dan seluruh kelas juga ikut diam. Saya lalu pindah kedepan. Semua mata tertuju kedepan, seakan menunggu apa yang bakal keluar dari mulut saya. Saya merasa tidak perlu mengomentari, dan tidak perlu masuk pada permasaalahan mereka. Waktu dan suasananya kurang tepat. Yang terpenting sekarang saya harus beri saran langkah apa yang sebaiknya mereka lakukan. Sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapi permasaalahan ini. “Sebaiknya ini dibicarakan dengan wali kelas kalian. Kalau pembicaraan dengan walikelas dirasa belum memadai, tidak ada salahnya kalian izin sama walikelas untuk membicarakannya juga dengan guru BP. Dan untuk bertemu mereka itu tidak perlu seluruhnya. Cukup ketua kelas didampingi dua orang lainnya sebagai perwakilan kalian”. Mereka saling pandang, setelah mendengar saran saya. dan kelihatannya mereka setuju.

“Mari tentukan siapa yang akan  mendampingi ketua kelas. Sebaiknya harus dipilih secara bersama”. Saya coba perhatikan seluruh kelas. Siswa yang duduk dipojok itu terlihat agak setengah hati mengikuti pembicaraan ini. “Ayo, kamu yang duduk dipojok itu maju, dan pimpin acara pemilihan orang yang akan mendampingi ketua kelas sebagai perwakilan kalian”. Anak ini kelihatan kaget, dan semua mata tertuju kepadanya. “Saya tidak bisa, minta yang lain saja pak”. Saya harus yakinkan anak ini bahwa dia bisa. “Sekarang maju, dan coba dulu. Kalau tidak mau mencoba, tentu kamu selamanya tidak akan bisa. Dengan mencoba berarti sudah ada usaha kamu untuk jadi bisa. Ayo yakinkan diri kamu, dan maju, kamu pasti bisa”.

Dengan sedikit memaksakan diri anak yang ditunjuk tadi memimpin pemilihan perwakilan kelas. Memang agak sedikit gaduh, karena yang memimpin kurang bisa menguasai keadaan. Semuanya ingin bersuara. Tapi ini bagus, berarti mereka sudah mulai merasa terlepas dari permasaalahan tadi. Dan dengan diselingi tawa disana-sini akhirnya pemilihan ini selesai juga.

“Kalian yang terpilih, laksanakan tugas sebagai perwakilan kelas. Yang lain tetap dikelas”. Suasana kelas terlihat sudah mulai ceria.  “Apakah sekarang sudah bisa kita mulai pembelajarannya ?”

Tidak ada komentar: